Minggu, 29 November 2020

Mencegah Penganiayaan Perempuan di Tengah Pandemi

 

Survei Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyebutkan, 80% responden kaum perempuan rentan mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) selama masa pandemi Covid-19.

Karena itu, lembaga ini mendorong integrasi berprespektif HAM yang inklusif dan interseksional, dalam penerapan kebijakan normal baru. Integrasi dengan perhatian kondisi kehidupan kaum hawa, termasuk pada kekerasan.

Perempuan selalu menjadi pusat perhatian, dan perempuan juga yang sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Kenapa demikian? Ada beberapa penyebab yang membuat hal ini sering terjadi di masyarakat. Khususnya di Indonesia yang memiliki kultur spesifik dengan ragam budaya dan kondisi sosial berbeda dari banyak negera.

Ada beberapa hal yang mungkin dilupakan bisa jadi penyebab mengapa perempuan selalu direndahkan daripada laki-lak. Antara lain, perempuan lain yang mudah menghakimi sesama perempuan. Sering kali seorang perempuan merasa lebih benar, lebih baik, lebih paham untuk menghakimi perempuan lain yang tidak sesuaidengan standar yang ia miliki. Sesama perempuan yang kerap melontarkan komentar-komentar negatif cenderung menjatuhkan dengan kalimat-kalimat yang jahat. Apalagi di dunia maya.

Sangat menyedihkan ketika mereka yang seharusnya memiliki perjuangan yang sama, malah berbalik jadi lawan paling berat.

Kemudian budaya patriarki yang dianggap sudah mengakar dan mendarah daging di Indonesia, sehingga dianggap normal dan wajar bahkan dimaklumi. Menjadikan laki-laki memiliki hak istimewah terhadap perempuan. Sedihnya lagi, budaya patriarki ini membuat dominasi laki-laki tak hanya mencakup ranah personal, namun juga ranah politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain. Tak heran, budaya ini membuat munculnya berbagai kekerasan terhadap perempuan.

Selanjutnya hal yang cukup menarik yaitu, perempuan ideal yang diciptakan oleh sosial media.

Ternyata banyak yang menganggap para influencer di sosial media yang ‘rakus’ dan tidak pernah menyaring apa pun endors yang mereka terima selama itu menguntungkan. Tak peduli berbahaya atau tidak, sebagai salah satu problem yang dihadapi perempuan saat ini. Para influencer yang juga hanya menampilkan kesempurnaan juga dinilai menjadi satu penyebab meningkatnya stres dikalangan ibu-ibu muda.

Selanjutnya masih ada tentang pelecehan seksual, aturan agama yang sering disalahartikan, pola pikir masyarakat yang masih menggangap perempuan alias ibu yang bertanggung jawab penuh terhadap anak dan rumah tangga.

Kondisi kehidupan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 saat ini cukup memprihatinkan. Korban PHK, penghasilan terpangkas dan terhentinya usaha menjadikan manusia “terbelenggu” di rumah dengan segala keterbatasan. Sebagai ibu rumah tangga perempuan dituntut bisa menyelesaikan masalah ini dengan segala keterbatasannya pula.

Sayangnya, tidak semua keluarga memiliki pemahaman yang baik tentang kesetaraan, sehingga perempuan jadi tempat pelimpahan beban. Peran ganda sebagai menanggung dampak-dampak khas secara sosial, ekonomi, dan psikis terkait peran sosialnya dalam keluarga dan masyarakat.

Ini pula yang bisa menyebabkan perempuan lebih rentan terpapar Covid-19. Bahkan bila perempuan tak bisa melakukan beban tanggung jawab secara sempurna, maka bisa jadi muncul kekerasan dalam rumah tangga. Lagi-lagi perempuan yang terus jadi korban.

Ketika kita melihat daftar masalah-masalah diatas, sebaliknya harus menjadi bagian untuk mencari solusinya. Dalam menangani pandemi Covid-19, Tim Gugus Tugas selain melakukan pencegahan dan penanganan serta memberikan bansos bagi masyarakat terdampak, seharusnya melakukan perlindungan terhadap kaum perempuan. Terutama melindunginya dalam menghadapi persoalan beban mejemuk seperti kesehatan, kemiskinan, serta dalam menghadapi penganiayaan dan kekeras


an 

 

 

                                                                                  

 

 

MATERI PELATIHAN E-LEARNING - ppt download

MATERI PELATIHAN E-LEARNING - ppt download : Kebutuhan Belajar